Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih

                                      BAB 1 
                                PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
    
      Kondisi penyakit infeksi, salah satunya Infeksi Saluran Kemih, menyebabkan seseorang bergantung kepada keluarganya.Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk merawat sesorang dengan penyakit ini infeksi tidaklah sedikit sehingga menimbulkan masalah ekonomi pada keluarga.Keluarga menjadi merasa bersalah, frustasi, cemas dan depresi terhadap penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya. Bagi anggota keluarga yang lain, waktu kebersamaan dengan anggota keluarga akan berkurang sehingga mengakibatkan masalah defisit interaksi pada setiap anggota keluarga (Depkes RI, 2014).Infeksi saluran kemih di masyarakat semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur. Wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria. Angka kejadian bakteriuria pada wanita meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan aktifitas seksual. (Depkes RI, 2014).
     Menurut WHO,Infeksi saluran kemih menjadi salah satu penyakit infeksi kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun.Indonesia merupakan negara berpenduduk keempat terbesar di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.Sementara itu Penduduk India yang mempengaruhi Infeksi Saluran Kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.(Depkes RI, 2014).Berdasarkan survei dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang timbul dari Infeksi Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 ( 2,3 % angka kematian). Pada usia muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2% sedangkan diatas 65 tahun angka infeksi saluran kemih sebesar 20%. (Depkes RI, 2014). Infeksi saluran kemih di Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, menurut perkiraan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Depkes RI, 2014).Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) juga memperkirakan bahwa jumlah penyakit ISK di Indonesia adalah 90 hingga 100 penderita per 100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Depkes RI, 2014).
     Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ISK seperti umur, jenis kelamin, berbaring lama, penggunaan obat immunosupresan dan steroid, pemasangan katerisasi, kebiasaan menahan kemih, kebersihan genitalia, dan faktor predisposisi (Irawan, 2018) Salah satu keadaan penting yang perlu diperhatikan pada gejala ISK merupakan bakteriuria. Bakteriuria sendiri merupakan suatu keadaan dimana bakteri dapat ditemukan didalam urine, tetapi keadaan ini tidak selalu berarti ISK. Bakteriuria seringkali bersifat asimptomatik. Bakteriuria seringkali dikenal dengan istilah lain yaitu pyuria, yang berarti keadaan dimana ditemukan leukosit pada urine. Leukosit dalam urine merupakan tanda bahwa adanya respon inflamasi akibat infeksi bakteri.Gejala klinis ISK bervariasi tergantung kepada usia, intensitas reaksi inflamasi dan lokasi infeksi pada saluran kemih. Anak berusia 2 bulan - 2 tahun yang menderita ISK perlu mendapat perhatian khusus oleh karena gejala klinis yang tidak khas, cara mendapatkan sampel urin yang invasif, dan mempunyai risiko terbesar untuk terjadinya kerusakan ginjal (Pardede, 2018)
     Terapi ISK yang disebabkan oleh adanya bakteri adalah dengan menggunakan antibiotik. Penatalaksanaan terapi antibiotik pada ISK didasarkan pada jenis bakteri, tanda dan gejala yang dialami pasien, letak infeksi (ISK bagian atas/bawah), dan kondisi klinis infeksi (Dipiro et al., 2015). Penggunaan antibiotik yang rasional adalah penggunaan antibiotik yang sesuai dengan penyebab infeksi, dengan regimentasi dosis yang optimal, sesuai aturan pemakaian, efek samping minimal, dan diharapkan dapat meminimalis dampak terjadinya resisten antibiotik (Kemenkes RI, 2015). Meski demikian, pemeriksaan akan terlebih dahulu dilakukan oleh dokter agar jenis antibiotik yang diresepkan sesuai dengan kondisi pasien. Khusus pada pasien yang bergejala berat, pengobatan harus diberikan di rumah sakit dan antibiotik diberikan melalui infus. Contoh obat yang diberikan untuk infeksi saluran kemih berat antara lain cefepime dan ciprofloxacin.Infeksi saluran kemih dapat dicegah dengan banyak minum air, sehingga bakteri yang mungkin masuk ke saluran kemih akan selalu terbilas bersama urine. Pada wanita, ISK dapat dicegah dengan menerapkan cara yang benar saat membersihkan organ intim setelah buang air besar (Pittara,2022).
     Dengan demikian , peran perawat yang bisa diberikan pada pasien ISK dengan membantu mengajarkan cara mengelurkan kemih sehingga saluran kemih tidak terjadi infeksi. Pengobatan infeksi saluran kemih sebagian besar lebih dititikberatkan pada penggunaan antibiotik Secara ideal, antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi diseleksi setelah organisme diidentifikasi dan sensitivitasnya terhadap obat di tetapkan. Kunci dari diagnosis untuk ISK adalah hasil pemeriksaan mikrobiologi spesimen urin untuk mengetahui jenis sensitivas dan pola resisten mikroorganisme. Namun demikian, pada pasien sakit berat, penundaan terapi antibiotik dapat berakibat fatal, tidak adanya simptom yang digunakan untuk diagnosis bakteri penyebab ISK sehingga terapi emperik harus dilakukan sesegera mungkin. prinsip dasar penggunaan antibiotik rasional yaitu tepat indikasi, tepat penderita, tepat pemilihan jenis antibiotik, tepat dosis, efek samping minimal, bila diperlukan ada kombinasi antibiotik secara tepat, dan ekonomik (Lestari, 2020).

B.RUMUSAN MASALAH
      Berdasarkan latar belakang diatas , penulis mengetahui masalah Infeksi Saluran Kemih, yaitu “Apa Saja Penyebab dan Gejala yang Memicu Terjadinya Infeksi Saluran Kemih?”

C.TUJUAN

1. TUJUAN UMUM
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah untuk mengetahui Kondisi umum atau kondisi tubuh pasien yang menderita penyakit Infeksi Saluran Kemih.

2. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengetahui definisi Infeksi Saluran Kemih.
b. Untuk mengetahui Manesfestasi klinis Infeksi Saluran Kemih.
c. Untuk mengetahui Patifisiologi dan Etiologi Infeksi Saluran Kemih.
d. Untuk mengetahui Penatalaksaan medis , Keperawatan pada Infeksi Saluran Kemih.

D.MANFAAT

• MANFAAT TEORITIS
Hasil penulisan ini dapat menjelaskan tentang Penyebab dan Gejala penyakit Infeksi Saluran Kemih.Penulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang Infeksi Saluran Kemih.

• MANFAAT PRAKTIS
a. Bagi Penulis
Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan pedoman penulisan dan pengetahuan penulis untuk penulisan atau penugasan selanjutnya.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan acuan dalam proses belajar mengajar khususnya ilmu keperawatan.
c. Bagi Masyarakat 
Sebagai edukasi dan bahan informasi kepada masyarakat tentang penyakit Infeksi Saluran Kemih sehingga Masyarakat dapat mengetahui ciri-ciri nya dan bagaimana cara mengatasinya.

                                 BAB II
                           TINJAUAN TEORI

1.DEFINISI

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Marlene. 2016). Infeksi ini merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya bakteri yang tumbuh dan berkembang biak disaluran kemih dalam jumlah yang bermakna.Bakteri E.coli merupakan salah satu bakteri yang paling umum menyebabkan ISK. Terapi utama yang diberikan dalam penatalaksanaan ISK adalah antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab ISK.
Gambaran penggunaan antibiotik pada pasien ISK meliputi tepat obat, tepat dosis, tepat rute pemberian dan tepat lama pemberian (Musdalipah , 2018)
  
•Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih yaitu :
Klasifikasi infeksi saluran kemih (ISK) berdasarkan klinisnya terbagi menjadi tiga, antara lain (IAUI, 2015): 

a. ISK non komplikata yaitu ISK yang terjadi pada orang dewasa, termasuk episode sporadik yang didapat dari komunitas, dalam 7 hal ini terdiri dari sistitis akut dan pielonefritis akut pada individu yang sehat. Faktor resiko pada ISK ini adalah faktor resiko yang tidak diketahui, infeksi berulang dan faktor resiko diluar saluran urogenitalis. ISK ini banyak diderita oleh perempuan tanpa terdapat kelainan struktural dan fungsional di dalam saluran kemih. 

b. ISK komplikata adalah infeksi yang dihubungkan dengan suatu kondisi, misalnya abnormalitas struktural atau fungsional saluran genitourinari atau adanya penyakit dasar yang menganggu mekanisme pertahanan diri individu, yang meningkatkan resiko untuk menderita infeksi atau kegagalan terapi. 

c. Sindroma sepsis urologi (urosepsis) sebaiknya didiagnosis pada tahap awal khususnya pada ISK komplikata. Peningkatan angka mortalitas terjadi bila sepsis atau syok septik muncul, namun prognosis urosepsis pada umumnya lebih baik dibandingkan sepsis karena penyebab yang lain. 
   
Klasifikasi infeksi saluran kemih (ISK) berdasarkan level anatomisnya dibedakan menjadi dua, antara lain:

·   ISK bagian bawah pada umumnya terjadi tanpa disertai komplikasi, umumnya dapat berupa peradangan kandung kemih bagian bawah (sistitis) pada pasien dengan saluran kemih yang normal. Sistitis dapat bersifat akut maupun kronik dan pada sistitis akut urin pasien keluar sedikit serta sering diikuti rasa sakit 8 jika peradangan tersebut meluas menjadi uretritis (Tjay 2015). Uretritis adalah peradangan pada uretra yang terbagi menjadi urethritis gonokokus (UG) dan urethritis non gonokokus (UNG) (Djuanda A et al., 2014).

·    ISK bagian atas meliputi pielonefritis akut dan kronis. Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Sedangkan pielonefritis kronis mungkin proses lanjut dari pielonefritis akut yang berkepanjangan atau infeksi sejak kecil (Sukandar, 2014).


2.MANESFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang berhubungan dengan ISK bervariasi. Sebagian dari penderita ISK yang ditemukan adanya bakteri dalam urin, tetapi tidak menunjukkan gejala (asimtomatik). Gejala tipikal ISK adalah berupa rasa nyeri dan panas ketika berkemih (dysuria), frekuensi berkemih yang meningkat dan terdesak ingin selalu berkemih (urgency), sulit berkemih dan disertai kejang otot pinggang (stranguria), rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih walaupun sudah kosong (tenesmus), kecendrungan selalu ingin buang air kecil pada malam hari (nokturia) dan kesulitan memulai berkemih (prostatismus).

Sedangkan Manesfestasi Klinis pada ISK bagian atas dan ISK bagian bawah yaitu:

1.ISK bagian bawah :
• Sindrom uretra:
   1. Sering buang air kecil atau dorongan ingin selalu buang air kecil.
   2. Rasa nyeri tumpul yang konstan pada daerah kemaluan.
   3. Nyeri saat buang air kecil (disuria).
• Air seni berawan atau bahkan ada darah dalam urin (hematuria).
• Air seni berbau tak sedap.
• Sakit punggung.
• Secara umum merasa tidak sehat.

2.ISK bagian atas :
• Demam dengan suhu tinggi lebih dari 38º C.
• Menggigil tak terkendali.
• Rasa mual ingin muntah.
• Bahkan sampai muntah.
• Buang air besar encer (diare).

3.PATIOFISIOLOGI DAN ETIOLOGI

1) PATIOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri(kuman) masuk kedalam saluran urin dan berkembangbiak.Saluran urin terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal(Purnomo, 2014).Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitusvagina,preposium,penis,kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran uriner bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke urin dan sampai ke ginjal(Fitriani, 2014).

Mikroorganisme yang memasuki saluran kemih melalui 4 cara yaitu :
1) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal biasa saja dan hidup secara komensalintroitus vagina, preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara menaik (naik) dapat terjadi melalui tahapan empat, yaitu :
   1.Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
   2.Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
   3.Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
   4.Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

2) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran darah.

3) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini jarang terjadi.

4) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2014)

Skema Patofisiologi dan Etiologi ISK
Menurut ( Fitriani, 2014 )


Bagan 2.1 Pathway ISK ( Fitriani, 2014 )

2) ETIOLOGI

ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti : Usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal (Nurarif & Kusuma, 2015).

Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia : 

1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,antara lain: 
a) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple).
b) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated. 
c) Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, Enterococci. 
d) Menahan kencing terlalu lama dan lain-lain. 

2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, 
antara lain ;
a) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif. 
b) Mobilitas menurun. 
c) Nutrisi yang sering kurang baik. 
d) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral. 
e) Adanya hambatan pada aliran urin. 
f) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

4.PENATALAKSANAAN MEDIS KEPERAWATAN

Prinsip manajemen ISK meliputi intake cairan yang banyak, terapi antibiotik yang adekuat dan jika perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin (Sukandar, 2014). Antibiotik merupakan terapi utama pada ISK. Efektivitas terapi antibiotik pada ISK dapat dilihat dari penurunan angka leukosit urin disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan perbaikan status klinis pasien (Coyle and Prince, 2015). 

Namun , menurut Marlene (2016) Penatalaksanaan ISK dapat dilakukan dengan cara :

1. Pencegahan 
a. Hindari dehidrasi : ajurkan asupan harian (recommended daily allowance,RDA) cairan pada dewasa 
aktif sekitar 30 ml/kg/hari. 
b. Hindari konstipasi (perbanyak asupan cairan,serat diet, dan olah raga rekreasional) 
c. Tangani retensi urien, inkontinensia urien atau obstruksi pada saluran keluar kandung kemih. 
d. Pertimbangan perbaikan sistokel pada wanita pascamenopause penderita pengosongan kandung 
kemih tanpa sempurna dan ISK kambuhan. 
e. Ajari wanita mengenai higienis yang baik setelah ke toilet dan berkemih setelah senggama. 
f. Tangani infeksi sejak dini, terutama pada pasien dengan penurunan fungsi imun atau pasien 
dengan retensi urien, atau disfungsi berkemih. 
g. Lepas kateter yang yang terpasang dan tangani pasien yang mengalami disfungsi berkemih dengan 
program penatalaksanaan alternatif seperti pelatihan kandung kemih, farmakoterapi untuk 
inkontinensia urien, kateterisasi intermiten dan/ atau berkemih terjadwal. 

2. Infeksi saluran kemih akut 
a. Penatalaksanaan empiris cukup memadai untuk infeksi yang pertama pada wanita muda yang 
tidak sehat ; mulai penatalaksanaan empiris sebelum diperoleh hasil kultur dan sensitivitas untuk infeksi  saluran kemih febris atau komplikata 
b. Antipiretika dan rawat inap dengan cairan intravena diperlukan bila pielonefritis disertai dengan 
mual dan muntah yang bermakna atau urosepsis. 
c. Pilih antibiotika sesuai laporan kultur dan sensitivitas ( bila anda indikasi), frekuensi pemberian , 
risiko vaginitis, biaya yang ditanggung pasien, dan risiko peningkatan resistensi bakteri ( tabel 14-1). 
d. Tekankan kepatuhan pada pemberian antibiotik ; tangani infeksi non komplikata selama 3 hari, 
infeksi komplikasi selama 7 hari, dan ISK febris selama 14 hari. 
e. Penanganan suplemen antibiotika dengan analgesik sistem Perkemihan (pyridium tersedia sebagai 
obat yang dijual bebas) atau obat kombinasi, seperti Urised. 
f. Mulai penanganan profilaksis menggunakan krem anti jamur pada wanita dengan riwayat vaginitis 
saat mendapatkan terapi antibiotika, kecuali bila diberikan nitrofurantoin. 
g. Dorong asupan cairan yang memadai; hindari iritan kandung kemih.
        
                   



Komentar

tata mengatakan…
thank you, dapat ilmu baru.
Pingkuin mengatakan…
Terimakasih, bermanfaat ilmunya kak☺
Pingquiin mengatakan…
Makasih kak , sangat bermamfaat ilmu nya👍
RIZKY mengatakan…
Makasih ka,sangat bermanfaat🥰
Rizki mengatakan…
Terimakasih, ilmunya sangat bermanfaat dah mudah di pahami
Ekaaaaaaaaa mengatakan…
Terimakasih kak,dapat pengetahuan baru 🔥
Naisa mengatakan…
Makasih ilmunya kak😊
Elsa Novalita mengatakan…
Wow penjelasan mudah dipahami kak��
Tulisannya jelas dan rapi baguss
naimmm mengatakan…
Tulisannya jelas dan bermanfaat ☺️
Diana mengatakan…
thanks kak
aufalfebrian mengatakan…
ih bagus bangetsss